Kamis, 11 Juni 2015

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Korea Selatan

Korea yang dulunya bersatu, pada tahun 1948 pecah 2 menjadi Korea Utara dan Korea Selatan. Korea Utara yang berpaham komunis, sedang Korea Selatan adalah negara presidential seperti negara demokrasi lainnya. Korea Selatan merupakan bagian dari negara di Asia yang memiliki kecanggihan teknologi yang paling maju saat ini. Bahkan mendapat julukan “Macan Asia” seperti saudaranya negara Jepang.

Kemajuan yang dibangun bukan hanya untuk penyelengaraan teknologi Informasi, namun juga sarana perhubungan semua terintegrasi cukup memakai semacam ID Card dapat dipergunakan untuk pembayaran berbagai jenis layanan: belanja, bayar listrik, telepon hingga kendaraan umum.

Penggunaan kartu serba guna ini disamping sebagai KTP, namun juga kredit card. Aplikasi yang tersedia disemua sudut kota sehingga mengurangi resiko kehilangan uang dan juga sebagai pelacak lokasi apabila dinyatakan hilang.

Industri otomotif dan elektronik bermunculan dari negara ini dan mendapat sambutan baik semua produknya. Pengguna di Indonesia sudah mengenal poduk-produk seperti produk mobil KIA, Hyundai, produk elektronik LG. Bagi dunia internet, maka korealah juaranya. Internet dengan mudah diakses diseluruh sudut kota dan yang lebih hebatnya gratis dan wus wus.. wus.. cepat…!!!

Keamanan dan kenyamanan pengguna fasilitas umum sangat diutamakan, kebanyakan warga setempat lebih menyukain menggunakan kendaraan umum untuk bepergian dibanding kendaraan pribadi. Berangkat ke kantor hingga bertamasya penggunaan kendaraan umum sudah tersedia lengkap dan nyaman.

Arsitektural korea mencapai keemasan dengan suksesnya pelaksanaan Korean Air Show 2009. Dimana lahan yang dipakai adalah diatas laut hingga proses pembangunannya mendapat perhatian khusus dari NGC (National Geographic Channel) dalam acaranya yang bertajuk World Biggest Building.

Disamping teknologi juga kesenian dan budaya korea sering mengadakan kunjungan kenegara-negara didunia juga mengadakan pagelaran seni dari seluruh dunia untuk tampil di Korea. Seni peran baik itu drama, cinema maupun sinetron banyak digemari di Indonesia dan negara lain.

Kemajuan teknologi yang diraih Korea bukan hasil temuan begitu saja, namun kerjasama pemerintah dan lembaga-lembaga independen yang begerak dalam pengembangan kemajuan teknologi berjalan serasi. Dan masyarakatpun menunjang sarana tersebut dengan ikut menjaga dan merawatnya.

Korsel nyata-nyata telah berhasil memerdekaan dirinya dari belenggu kemiskinan ilmu pengetahuan dan ketidakmampuan teknologi. Tak diragukan, Korsel telah menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dan dalam waktu sekitar 30 tahun telah beralih menjadi negara industri. Suatu proses yang lumayan singkat ditandai sejak dicanangkannya Rencana Pembangunan Ekonomi Lima Tahun pada tahun 1962 yang perlahan namun pasti meningkatkan nilai ekspor dan GNP.

Karakteristik inovasi iptek Korea Selatan

Kaitan langsung antara industrialisasi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), maka boleh dikatakan perkembangan industri di suatu negara merupakan cerminan dari perkembangan inovasi iptek. Sedangkan Korsel justru memiliki karakteristik terbalik yaitu perkembangan inovasi merupakan cerminan dari perkembangan industri. Dengan demikian bisa dikatakan industri Korsel tumbuh lebih dahulu kemudian menyediakan acuan bagi arah perkembangan inovasi teknologi. Kecenderungan ini mungkin agak serupa dengan Jepang maupun Taiwan yang melakukan lompatan industri kemudian mencoba mengurai ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi pijakan industri tersebut.

Perlu ditekankan pula model pengambilalihan atau akuisisi teknologi demi industrialisasi dimulai dengan kebijakan alih teknologi dari luar. Korsel memiliki dua tujuan dalam program ini yaitu, memulai proses alih teknologi dari luar dan meningkatkan kapasitas daya serap domestik dalam hal mencerna, memodifikasi dan mengembangkan teknologi asing. Pada saat itu Korsel hampir secara keseluruhan bergantung pada teknologi dari luar.

Perlu dicatat dalam hal ini adalah pola kebijakan penggunaan lisensi asing (foreign licensing) dalam menjalankan praktek akuisisi teknologi asing, berbeda dengan cara beberapa negara di kawasan Asia Tenggara yang menerapkan kebijakan investasi asing langsung (foreign direct investment). Tentu saja penggunaan foreign licensing bukanlah yang dominan karena pada saat awal Korsel tegak kembali, dia tidak cukup memiliki uang untuk membeli lisensi asing. Disamping itu, Korsel mendapat keuntungan berupa pembelajaran teknologi, penataan produksi maupun pembuatan barang-barang orisinil yang diperoleh dari pembelian lisensi asing untuk industri ringan pengganti barang-barang impor.

Karakteristik yang juga unik adalah tumbuh dan berkembangnya berbagai lembaga ilmu pengetahuan dan teknologi nasional yang menjadi inkubator atau lembah silicon ala Korsel.
Evolusi inovasi iptek di Korea Selatan

Korsel juga menderita segala kekurangan setelah dijajah Jepang. Selepas perang saudara, modal awal yang dimiliki Korsel adalah lembaga penelitian dan pengembangan pertahanan nasional dan badan penelitian energi atom yang didirikan tahun 1959. Pada tahun 1960-an Korsel mulai belajar dari negara lain terutama Amerika Serikat dalam mengembangkan riset bidang industri ringan. Pada periode 1970 an, Korsel mulai berkonsentrasi pada pengembangan industri mesin dan industri kimia. Pada periode tersebut pemerintah Korsel mendirikan badan riset pemerintah (Government Research Institute, GRI) dalam bidang permesinan dan kimia.

Sementara kita sekarang sedang mengalami fenomena ”brain drain” (Brain Drain ke Negara Maju Terus Meningkat, www.detik.com, 20 Juli 2007), Korsel semenjak tahun 1970-an sudah mencoba mengantisipasi keadaan tersebut. Pada masa tersebut, bermacam-macam lembaga riset didirikan (ditandai dengan berdirinya Korea Institute of Science & Technology pada tahun 1966), dengan berbagai kekhususan bidang penelitian demi membantu industri menyerap dan menerapkan teknologi. Lahirnya pusat-pusat penelitian tersebut (kini tak kurang dari 22 lembaga riset bekerja secara sinergis) mengundang kembali para ilmuwan yang tersebar di berbagai negara lain untuk memberikan sumbangsih pikiran dan tenaga membantu kalangan industri dalam menerapkan teknologi baru disamping itu mengembangkan kemampuan bidang teknologi ala Korsel. Walaupun demikian, uniknya baru pada periode 1980-an Korsel mulai terlihat aktif dan serius mengembangkan inovasi riset asli bangsa sendiri. Jika dihitung hingga masa sekarang, maka 20 tahun waktu yang diperlukan oleh Korsel untuk mencapai keadaan seperti sekarang boleh dikatakan bukan evolusi melainkan revolusi.

Faktor umum penggerak evolusi iptek Korea Selatan

Terlepas dari masalah peran Amerika Serikat yang demikian besar di masa awal pembangunan kembali korsel setelah perang saudara, (presiden Science & Technology Policy Institute, STEPI Korea Selatan sempat menunjukkan ekspresi ketidaksenangan ketika menanggapi pernyataan ini dalam sebuah seminar), namun Korsel sendiri sesungguhnya juga mencanangkan program riset dan pengembangan ala Korsel yang disebut “Indigious R&D for Technological Competitiveness”. Program ini mulai aktif semenjak tahun 1980 disaat pertumbuhan industri Korsel semakin pesat dan kompleks dan negara-negara maju yang sebelumnya adalah rekanan bisnis mulai memandang Korsel sebagai pesaing kuat.

Secara umum, faktor-faktor yang telah mempengaruhi perkembangan inovasi iptek Korsel adalah penerapan secara sinergis strategi pemerintah dan kaum industriawan untuk senantiasa mencari sumber-daya, pasar maupun teknologi di luar Korsel (outward looking), kebijakan pembangunan dengan target industrialisasi, kebijakan dengan orientasi industri besar, tersedianya sumber daya manusia yang memadai, dan pembangunan infrastruktur iptek yang dimotori oleh pemerintah. Tak pelak kekuatan menonjol dari perkembangan inovasi Korsel adalah komitmen kuat pemerintah terhadap pengembangan iptek berbasis teknologi nasional ditunjukkan dengan membidani lahirnya puluhan pusat riset yang menjadi tenaga penggerak alias driving force bagi dinamika evolusi perkembangan iptek Korsel.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia

Kegiatan ilmiah di Indonesia dimulai pada abad ke-16 oleh Jacob Bontius, yang mempelajari flora Indonesia dan Rompiusdengan karyanya yang terkenal berjudul Herbarium Amboinese. Pada akhir abad ke-18 dibentuk Bataviaasch Genotschap van Wetenschappen. Dalam tahun 1817, C.G.L. Reinwardt mendirikan Kebun Raya Indonesia (S\'land Plantentuin) di Bogor. Pada tahun 1928 Pemerintah Hindia Belanda membentuk Natuurwetenschappelijk Raad voor Nederlandsch Indie. Kemudian tahun 1948 diubah menjadi Organisatie voor Natuurwetenschappelijk onderzoek (Organisasi untuk Penyelidikan dalam Ilmu Pengetahuan Alam, yang dikenal dengan OPIPA). Badan ini menjalankan tugasnya hingga tahun 1956.

Pada tahun 1956, melalui UU no. 6 tahun 1956 pemerintah Indonesia membentuk Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI) dengan tugas pokok: Membimbing perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Memberi pertimbangan kepada pemerintah dalam hal kebijaksanaan ilmu pengetahuan. Kemudian pada tahun 1962 pemerintah membentuk Departemen Urusan Riset Nasional (DURENAS) dan menempatkan MIPI didalamnya dengan tugas tambahan: membangun dan mengasuh beberapa Lembaga Riset Nasional. Dan tahun 1966 pemerintah merubah status DURENAS menjadi Lembaga Riset Nasional (LEMRENAS).

Pada bulan Agustus 1967 pemerintah membubarkan LEMRENAS dan MIPI dengan SK Presiden RI no. 128 tahun 1967, kemudian berdasarkan Keputusan MPRS no. 18/B/1967 pemerintah membentuk Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan menampung seluruh tugas LEMRENAS dan MIPI, dengan tugas pokok sebagai berikut:

Membimbing perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berakar di Indonesia agar dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan rakyat Indonesia pada khususnya dan umat manusia pada umumnya.
Mencari kebenaran ilmiah di mana kebebasan ilmiah, kebebasan penelitian serta kebebasan mimbar diakui dan dijamin, sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.

Mempersiapkan pembentukan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (sejak 1991 tugas pokok ini selanjutnya ditangani oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi dengan Keppres no. 179 tahun 1991).
Sejalan dengan perkembangan kemampuan nasional dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, organisasi lembaga-lembaga ilmiah di Indonesia telah pula mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Oleh sebab itu dipandang perlu untuk mengadakan peninjauan dan penyesuaian tugas pokok dan fungsi serta susunan organisasi LIPI sesuai dengan tahap dan arah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka Keppres no. 128 tahun 1967, tanggal 23 Agustus 1967 diubah dengan Keppres no. 43 tahun 1985, dan dalam rangka penyempurnaan lebih lanjut, tanggal 13 Januari 1986 ditetpkan Keppres no. 1 tahun 1986 tentang Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan terakhir dengan Keppres no. 103 tahun 2001


Perbandingan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Di Korea dan Indonesia


Bicara tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Korea dan di Indonesia dapat kita lihat dari berbagai segi dari bidang tersebut. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian terpenting dalam perkembangan suatu Negara, terutama di era globalisasi seperti saat ini, dimana segala sesuatunya menjadi serba transparan.

Di era globalisasi seperti sekarang ini dibutuhkan segala sesuatu yang dapat mempermudah manusia dalam melakukan aktifitas. segala sesuatunya dilakukan dengan prinsip kepraktisan dan tidak mengenyampingakan keamanannya.

Di Korea perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sangat pesat. Korea sekarang berdiri sejajar dengan Negara-negara maju lainnya. Korea dapat seperti sekarang ini tidak lepas dari lembaga-lembaga riset yang dimilikinya. Korea memiliki belasan lembaga riset yang selalu melakukan penelitian untuk menemukan hal-hal atau sesuaut yang baru. Berbeda halnya dengan Indonesia, lembaga penelitian di Indonesia bisa dikatakan jauh dari cukup.

Perkembangan dari ilmu pengetahuan dan teknologi suaut Negara tidak lepas dai kualitas yang dimiliki oleh manusianya. Sumber daya menusia yang dimiliki harus dapat dimanfaatkan sebaik mungkin. Salah satu penunjangnya ialah lembaga pendidikan, khususnya dalam hal ini Universitas atau Perguruan Tinggi.

Sebenarnya, dalam hal jumlah sumber daya manusia, Indonesia tidak kalah dari Korea. Indonesia yang mememiliki jumlah penduduk lebih dari dua ratus juta jiwa seharusnya dapat lebih maju di bandingkan Korea yang memilki jumlah penduduk yang lebih sedikit. Namun, hal unu berbanding terbalik. Ini kurangnya perhatian pemerintah dalam pemanfaatan sumber daya manusia yang dimiliki.
Secara kualitas memang tidak semua sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia berada di bawah sumber daya manusia yang dimiliki korea. Hal ini dapat kita buktikan dengan banyaknya putra-putri Indonesia yang mendapatkan pengahargaan dalam ajang internasional, terutama dalam bidang sains. Namun sekali lagi yang dipertanyakan adalah perhatian pemerintah terhadap mereka. Bisa jadi dengan pemanfaatan sumber daya menusia yang baik, kelak Indonesia dapat berdiri sejajar dengan Negara maju seperti Korea dan Jepang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar